Hubungan suami-istri yang merenggang bisa rekat kembali dengan menonton film-film bermuatan seks, semacam film porno. Karena secara visual, film-film ini bisa memicu gairah meledak-ledak.
Sedang beragam teknik, gaya dan variasi bisa dianggap sebagai referensi berhubungan seks, seperti yang pernah diungkapkan seksolog, Bambang Soekamto dari On Clinic Indonesia.
Menariknya, jika dulu film porno dianggap sebagai hiburan negatif, justru kini malah dipandang pula sebagai referensi mengatasi problem seks.
Bukanlah suatu hal baru bahwa film biru pastilah mempertontonkan banyak adegan seksual secara vulgar yang lalu menciptakan perilaku seks pada pria dan wanita.
Bahkan di negara barat, sejumlah seksolog telah menganjurkan terapi ini kepada sejumlah pasiennya yang mengalami problem seksual, dalam upaya membakar lagi hasrat dan gairah yang hampir memudar atau telah hilang.
Penderita impotensi dan frigiditas terkadang terbantu dengan film biru yang digunakan untuk menguji seberapa besar kapasitas keinginan dan kemampuannya. Adanya gambar-gambar sensual, erotis dan dramatis dihadirkan sebagai perangsang yang membangkitkan simpul syaraf sehingga organ vital bergerak. Bisa berhasil, meski seringkali juga tidak.
"Yang penting, setiap gerakan yang dilakukan dari film biru harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing," jelas dokter Bambang yang banyak pula memiliki pasien pria penderita impotensi.
Terapi menonton film porno ini bisa juga dilakukan oleh sejumlah pasangan usia lanjut, yang secara fisik dan mental telah mengalami penurunan kemampuan dan minat. Meski tidak maksimal, tontonan film seks setidaknya membantu membangkitkan gairah pasangan usia lanjut.
Penting diingat bahwa sebuah keterbukaan komunikasi adalah kunci solusi mengatasi problem seks yang sesungguhnya. Film biru atau apapun itu yang digunakan untuk membantu mengatasi masalah seksual hanyalah semata faktor. Mengingat yang penting juga adalah harus adanya persamaan persepsi antara kedua belah pihak, suami dan istri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar